arsip berita dan artikel dari mana-mana, untuk siapa saja: Menjelang Ramadhan,

Monday, September 25, 2006

Menjelang Ramadhan,

Mengapa Harus Minta Maaf ?

SEORANG ibu, sebut saja Hj. Ise, merasa terkejut ketika anak dan cucunya meminta maaf. "Bu, maafin ya saya sering berbuat kurang baik kepada Ibu. Sebelum Ramadan ini saya ingin agar dosa diampuni dan hati menjadi tenang," kata seorang anaknya.

MEMINTA maaf sebelum Ramadan merupakan perbuatan baik. Namun, tidak berarti permintaan maaf harus menunggu menjelang bulan suci.*HARRY SURJANA/"PR"

Mendapat pernyataan maaf seperti itu, Hj. Ise malah bingung. "Lho, apa-apaan ini. Mohon maaf kan biasanya pas Idulfitri, kok sekarang sudah meminta maaf. Tapi, Ibu maafin deh," ujarnya.

Kebingungan yang sama juga dialami "Hj. Ise yang lain". Bahkan, di zaman penuh teknologi informasi ini beberapa hari sebelum Ramadan sudah beredar pesan pendek (SMS) berisi permohonan maaf. Tradisi baru ini baru terasa dalam beberapa tahun terakhir, padahal sebelumnya tradisi meminta maaf terfokus kepada Lebaran/Idulfitri.

Menurut Ketua Perguruan Darul Hikam, Ir. H. D. Sodik Mudjahid, permohonan maaf sebelum Ramadan merujuk kepada sebuah hadis Rasulullah. Hadis itu lengkapnya adalah "Ketika Rasullullah sedang berkhutbah pada suatu salat Jumat (dalam bulan Sya'ban), Beliau mengatakan amin sampai tiga kali, dan para sahabat merasa terkejut dan spontan mereka ikut mengatakan amin. Tapi para sahabat bingung mengapa Rasullullah berkata amin sampai tiga kali. Ketika selesai salat Jumat, para sahabat bertanya kepada Rasullullah".

Rasulullah menjelaskan ketika aku sedang berkhutbah datang Malaikat Jibril dan berbisik, hai Rasullullah amin-kan doaku ini. Doa Jibril itu adalah Ya Allah tolong abaikan puasa umat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut: tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika masih ada); tidak bermaafan terlebih dahulu antara suami istri; dan tidak bermaafan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya. Maka Rasul pun mengatakan amin sebanyak 3 kali".

Menurut Ali Anwar, hadis itu terdapat dalam kitab "Sifat Puasa Nabi saw" yang ditulis Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaly dan Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid. "Namun setelah diperhatikan hadis tersebut, ternyata redaksi dan maksudnya jauh berbeda," kata Sodik, Komisaris Qiblat Tour.

Hadis itu lengkapnya, Dari Abu Hurairah Rasulullah pernah naik mimbar kemudian berkata "amin, amin, amin". Sahabat bertanya,'Ya Rasulullah, engkau naik mimbar kemudian mengucapkan amin, amin, amin?' Beliau bersabda,'Artinya : Sesungguhnya Jibril datang kepadaku, dia berkata, barangsiapa yang mendapati bulan Ramadan tapi tidak diampuni dosanya, maka akan masuk neraka dan akan Allah jauhkan dia, katakan amin, maka aku pun mengucapkan amin...." Hadis tersebut riwayat Ibnu Khuzaimah dan Ahmad serta Al-Baihaqi dari jalan Abu Hurairah. Hadis ini sahih asalnya terdapat dalam Sahih Muslim Bab 4 halaman 1978," katanya.

Hadis yang lebih lengkap dari buku "Birrul Walidain" oleh Ustaz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, yang berbunyi Nabi naik ke atas mimbar kemudian berkata, amin, amin, amin. Para sahabat bertanya, 'Kenapa engkau berkata amin, amin, amin, Ya Rasulullah?' Nabi bersabda, 'Telah datang malaikat Jibril dan ia berkata, Hai Muhammad celaka sese­orang yang jika disebut nama engkau namun dia tidak bersalawat kepadamu dan katakanlah amin, maka kukatakan amin. Lalu, Jibril berkata lagi, 'Celaka seseorang yang masuk bulan Ramadan tetapi keluar dari Ramadan tidak diampuni dosanya oleh Allah dan katakanlah amin, maka aku berkata amin. Kemudian Jibril berkata lagi, celaka seseorang yang mendapatkan kedua orang tuanya atau salah seorang dari keduanya masih hidup tetapi justru tidak memasukkan dia ke surga dan katakanlah amin, maka kukatakan amin".

"Kedua hadis di atas tidak ada hubungan dengan keharusan bermaafan sebelum puasa Ramadan. Meminta maaf dan memaafkan seseorang dapat dilakukan tiap waktu dan tidak ada tuntunan dikumpulkan dulu dan menunggu sampai menjelang bulan Ramadan," ujarnya.

Wakil Katib Syuriah PC NU Kota Bandung, H. Lukman Hakim mengatakan, meminta maaf sebelum Ramadan merupakan perbuatan baik yang perlu dihormati. "Tapi, jangan sampai meminta maaf sebatas menjelang Ramadan atau bermaafan saat Idulfitri. Kalau melakukan dosa kepada sesama manusia jauh lebih baik langsung meminta maaf," ujarnya.

Mempercepat permohonan maaf, kata Lukman, karena manusia tidak tahu waktu yang pasti meninggal dunia. "Apakah kita tahu kalau besok masih diberi kehidupan oleh Allah sehingga menunggu Ramadan atau Idul Fitri untuk meminta maaf?" ujarnya.

Sikap memaafkan, menurut K.H. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), merupakan salah satu cerminan akhlak yang mulia. Pemaaf atau mudah memaafkan, jauh lebih maslahat daripada menunda-nunda memaafkan.

"Bila ada rekan yang menghina kita, segeralah memaafkan kesalahannya. Karena, memaafkan itu adalah bagian dari dakwah kita. Berikanlah keteladanan kepada orang lain untuk berbuat baik, memaafkan atau membuka pintu maaf selebar-lebarnya walau orang yang berbuat salah itu belum minta maaf," ujar Aa Gym.

Orang pemaaf, cenderung hatinya merasa nyaman. Sebaliknya, pendendam atau tidak pemaaf, hatinya senantiasa gelisah dan resah. Apabila bertemu dengan orang yang berbuat salah, orang pemaaf akan mudah tersenyum dan hatinya lapang.

"Pendendam atau orang yang sulit memberikan maaf, kerapkali jika bertemu dengan lawannya akan berwajah murung. Hatinya tidak nyaman, dan sulit tersenyum. Sementara senyum adalah sedekah yang paling mudah dan patut dilakukan seorang Muslim," tutur Aa Gym.

(source : pikiran rakyat)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home